SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo memiliki strategi anyar melawan gempuran Covid-19 di Jateng khususnya varian Delta. Mendayagunakan entitas desa, Ganjar membuat terobosan baru bernama Rembug Desa.
Melalui program ini, Ganjar ingin menyaring informasi faktual yang ada di lapangan, termasuk mendengar keluhan atau kendala yang dihadapi desa dalam penanganan pandemi. Sekaligus, Ganjar juga bisa memberikan arahan langsung dan menyerap contoh baik yang telah dilakukan beberapa desa agar ditiru daerah lainnya.
Mungkin rapat gubernur dengan kades-kades terkait pandemi ini kali pertama terjadi di Indonesia. Rembug Desa ini dilatarbelakangi pemikiran, bahwa desa dengan masyarakat dan aparaturnya adalah garda depan perlawanan pandemi sesungguhnya. Apalagi, perlawanan dari kota, sudah tidak mampu lagi membendung serangan virus Delta. Dengan begitu, Ganjar mencoba strategi baru dengan memaksimalkan perlawanan gerilya dari desa. Dari Desa Mengepung Corona.
Rembug Desa dilaksanakan setiap hari secara daring dan bergiliran tiap Kabupaten/Kota. Program ini dimulai perdana hari ini, Senin (19/7). Lurah/Kades se Banjarnegara mendapat kehormatan menjadi yang pertama diajak Ganjar rapat terkait penanganan Corona di daerahnya masing-masing.
Sebanyak 244 Lurah/Kades di Banjarnegara begitu antusias mengikuti acara Rembug Desa itu. Meski acara baru dimulai jam 10.00 WIB, namun Lurah/Kades terlihat sudah standby di aplikasi zoom sejak pukul 09.30 WIB.
Setelah acara dibuka, Lurah/Kades itu saling berlomba mengacungkan tangan untuk berbicara. Maklum saja, bisa bicara langsung dengan gubernur adalah kesempatan yang sangat langka.
Kades Bawang, Purwandaru misalnya. Ia begitu semangat menyampaikan pelaksanaan PPKM Darurat di desanya. Kepada Ganjar, Purwandaru menjelaskan bahwa pihaknya aktif menggelar operasi justisi gabungan bersama TNI/Polri, Forum Kesehatan, tokoh masyarakat sampai Ketua RT/RW.
“Kegiatan kami menitikberatkan pada peningkatan kesadaran. Kami persuasif menyadarkan jika ada yang teledor prokes,” katanya.
Jogo Tonggo di desanya juga berjalan baik. Ada 22 orang yang positif Corona di desanya, semua isolasi di rumah dan ditangani Jogo Tonggo.
“Selain bantuan dari tetangga, kami juga menganggarkan melalui dana desa. Setiap warga yang isolasi mandiri, kami beri bantuan Rp250.000. Kami juga punya call center yang bisa digunakan masyarakat untuk bertanya terkait penanganan Corona,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Kades Gripit Banjarnegara, Sugeng. Kepada Ganjar, Sugeng mengatakan bahwa penanganan pandemi di desanya berjalan lancar. Selain mengoptimalkan Jogo Tonggo, di desanya ada Forum Kesehatan RT yang bekerja dalam penanganan ini.
“Ada 31 orang yang aktif dalam penanganan ini. Selain edukasi, kami tiap minggu ada kegiatan penyemprotan disinfektan di tempat-tempat publik. Alhamdulillah sampai hari ini, hanya ada dua warga kami yang positif dan sudah sembuh. Kami juga rajin sosialisasi prokes di pasar dengan pendekatan persuasif,” jelasnya.
Usai Rembug Desa, Ganjar mengatakan sengaja mengajak Lurah/Kades rembugan untuk ngecek betul kondisi di lapangan. Dari obrolan bersama kades-kades itu, Ganjar bisa memastikan kondisi yang terjadi.
“Tadi tiga Kades Banjarnegara saya tanya, bagaimana mengelola isoman. Mereka tahu dengan detil, tempat kami ada dua pak, kami ada tujuh pak. Jadi tahu persis. Sehingga kalau kita mau mendistribusikan pada mereka yang sakit apakah obat atau makanan, itu mereka bantu,” katanya.
Selain itu, Ganjar juga memastikan bagaimana penggunaan dana desa untuk penanganan Corona. Dari rembugan desa itu terbukti, bahwa Lurah/Kades sudah menggunakan 8 persen dana desa untuk Corona.
“Jadi dana desa sudah dipakai dari dulu, sudah lancar penggunaanya. Selain itu, Jogo Tonggo juga ternyata berjalan. Mendengar itu, saya optimis bisa menjalankan itu karena Lurah/Kades relatif bisa menangani,” jelasnya.
Meski begitu, ada pula usulan beberapa Lurah/Kades terkait bantuan bagi rakyatnya yang menginginkan vaksinasi. Selain itu ada juga masukan bantuan bagi pedagang yang terdampak pandemi dan juga oksigen bagi isoman di rumah.
“Kami banyak mendengar dari mereka. Ternyata karena saya siarkan streaming melalui IG dan Youtube, Kades Klaten tanya kapan kami pak, Brebes tanya juga kami kapan pak. Kades-Kades ini perlu kita ajak bicara karena mereka memiliki pengalaman yang mungkin kita tidak tahu. Mereka kan ada di lapangan, jadi tahu persis. Jadi akan kita gulirkan terus, sehingga kita tahu apa yang terjadi di Jawa Tengah,” pungkasnya.