JEPARA- Pasar Kepiting atau yang biasa disebut Pasar Jepara 2 kondisinya memprihatinkan. Kondisi kumuh mendominasi dalam dan luar pasar.
Dari pantauan, halaman pasar yang masih didominasi tanah dan tidak merata mengakibatkan adanya genangan air bekas hujan. Sejumlah sisi halaman bahkan tak bisa dilewati pejalan kaki lantaran becek dengan kondisi tanah gembur.
Memasuki dalam pasar, pengunjung akan langsung disuguhi lantai putih yang sudah berubah warna menjadi hitam. Itu disebabkan karena air, sampah, dan tanah melebur saat hujan. Tidak hanya pemandangan kumuh, pengunjung juga akan mencium bau tak sedap. Bahkan setelah menggunakan maskes sekalipun.
Mukhlas, salah satu tukang parkir, mengatakan kondisi kumuh itu sudah menjadi hal lumrah. Setiap huja, kata dia, pasar selalu becek dan berbau tak sedap.
“Sudah biasa (kumuh, red). Soalnya posisi selokan lebih tinggi dari permukaan lantai pasar. Selokan-selokan (dalam pasar, red) juga banyak yang tersumbat. Otomatis air meluber,” kata Mukhlas, Kamis (18/2/2021).
Sementara itu, Kepala Pasar 2 Jepara Budi Purwanto, mengakui bahwa kondisi kumuh itu tak bisa dihindarkan. Faktor utamanya yaitu posisi pasar yang berada dibawah dataran lain di sekelilingnya. Otomatis, setiap kali hujan, air dari sekeliling pasar masuk dalam area pasar tersebut. Sehingga, air yang berada di dalam pasar baru bisa keluar setelah kondisi luar pasar sudah tak ada genangan.
Terkait dengan kumuhnya dalam pasar, Budi menjelaskan bahwa selain karena limpahan air dari luar, air juga naik dari saluran cukup besar yang terletak di bawah bangunan tengah pasar.
”Kami juga bingung melihat kondisi (kumuh, red). Karena persoalan utamanya pada posisi pasar yang lebih rendah dari dataran di sekelilingnya. Mau tidak mau pasar harus ditinggikan minimal 1 meter,” tegas Budi.
Meski setiap tahun sudah mengajukan renovasi, lanjut Budi, ternyata sampai sekarang tak kunjung terealisasi. Yang sudah direnovasi justru baru pasar bagian penjual burung. Pihaknya juga kebingungan dengan keluhan-keluhan para pedagang yang tidak nyaman dengan kondisi yang ada.
”Sebenarnya sudah ada penyedot air. Tapi kami bingung mau buang airnya kemana. Pokoknya solusinya ditinggikan,” terang.